TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Jero Wacik sempat merasa tegang, saat mendengar Wakil Menteri ESDM Widjajono Partowidagdo mengalami sesak napas di Gunung Tambora, Nusa Tenggara Barat, Sabtu (21/4/2012) sekitar pukul 09.00 WIB.
“Pukul 09.00 WIB saya mendapatkan berita bahwa Pak Wid (panggilan akrab Widjajono) sesak nafas karena kurang oksigen di ketinggian 1.800 meter di atas permukaan laut,” ungkap Menteri ESDM Jero Wacik, saat ditemui di rumah duka, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan.
Apalagi, lanjutnya, medan Gunung Tambora cukup berat. Kala itu, Jero Wacik mulai tegang, sehingga langsung meminta bantuan Surono, karena komunikasi dengan Pak Wid mati.
“Saya tegang, saya membayangkan ke lokasinya sangat berat. Saya langsung menghubungi Surono, karena dia yang bisa kontak memakai SSB, sehingga bisa terhubung dengan pemantau Gunung Tambora di Pos III,” jelasnya.
Namun, saat itu kondisi Pak Wid sudah kritis dan kurang menguntungkan. Meski begitu, Jero Wacik dari jauh tetap berusaha menyelamatkan Pak Wid dengan berbagai kewenangannya.
Jero Wacik pun menghubungi Purnomo, teman sekelas Pak Wid di ITB, kemudian Pangdam Udayanan, Basarnas, Gubernur NTB, Pemda setempat, dan Surono.
“Saya pun menghubungi pihak Newmon meminta untuk menyiapkan helikopter. Tapi, cuaca berkabut tebal, dan situasi pegunungan terjal, sehingga helikopeter tidak bisa turun,” jelasnya.
Tidak menyerah sampai di sana, tim yang berusaha menyelamatkan Pak Wid memutuskan untuk menurunkan Pak Wid lewat darat.
“Kemungkinan saat dalam perjalanan tersebut beliau sudah meninggalkan kita, tapi kita terus melakukan usaha terbaik, memerintahkan tim jangan nyerah, sampai akhirnya Pak Wid tiba di Pos I, setelah itu dokter lah yang menyebutkan bahwa Pak Wid sudah meninggal,” beber Jero Wacik. (*)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar